Covid 19 Varian Delta - 2021
Ini cerita
Flashback Covid 19 Varian Delta yang pertama kami derita.
Siapa sangka, keluarga kami mengalami covid 19 saat gelombang kedua virus ini di bulan Agustus 2021. Saat-saat yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup, sampai sesaat sebelumnya aq merasa seperti, aq tidak menginginkan apa-apa lagi, aq sudah memiliki semuanya, anak yang pintar dan baik pertumbuhannya, suami yang penyayang dan gak neko-neko, rumah yang indah, mobil yang bagus (buat aq Rush udah bagus 😑), namun tidak lama setelahnya aq merasa berada pada titik terendah dalam hidup. Berat sekali rasanya waktu itu, rasanya marah kepada Tuhan kenapa kami mengalami itu semua, tapi instropeksi menyadarkan aq, mungkin ini adalah bentuk teguran Tuhan karena kami, terutama aq, sudah jauh dari Tuhan, jarang berdoa, jarang bersaat teduh, jarang gereja, jarang bersedekah.
---
04 agustus 2021Boas bermain sepeda cukup lama, pulang langsung bawa teman2nya semua ke rumah, main di kamarnya dan nonton tivi di ruang tamu. Malamnya boas agak demam, dikasih paracetamol.
05 agustus 2021
Boas muntah dan demam, batuk selama 3 hari
07 agustus 2021
aq (yang dalam kondisi hamil besar dan mendekati waktu bersalin) demam, batuk, mata berair, dan badan sakit semua.
09 agustus 2021
papa boas pergi kembali kerja ke siantar (hanya weekend saja plg ke medan), dia merasa gak enak badan.
10 agustus 2021
aq wa papa boas bilang kalau badan sakit sekali, gak kuat lagi, jadilah papa boas mendadak balik ke medan dan antar aq antigen ke RS Stela Maris. di perjalanan aq coba cium hand sanitizer Antis gak ada lagi baunya. Aq yakin pasti bakal positif. dan betul aja hasil antigen positif.
11 agustus 2021
Tes PCR, masuk ke IGD RS Hermina (Thanks to dr. Syafril yang bantu cari RS di tengah sulitnya mencari tempat rawat covid yang tersedia untuk ibu yang akan melahirkan, karena harus menyediakan ruang operasi bertekanan negatif) karena kondisi hamil besar dan gejala sudah cukup jelas meski belum keluar hasil PCR, diobservasi tes foto Thorax, darah, urin, virus udah menginfeksi paru-paru. urin protein -, tekanan darah tinggi, detak jantung bayi masih normal. Mengingat usia kandungan sudah cukup, dan resiko tinggi apabila dibiarkan (bayi bisa kekurangan oksigen karena kinerja paru-paru sudah tidak optimal, juga risiko dari obat-obatan yang akan diminum ke bayinya) sehingga keputusan dokter SC besoknya 12 agustus 2021. Padahal aq udah ikut bbrp kali senam hamil berharap bisa lahiran normal, tapi saat itu jujur aq takut sekali terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ke bayiku jadi sudah memantapkan hati untuk SC.
12 agustus 2021
papa boas dan boas antigen -, padahal mereka jg mengalami yg sama biarpun gak separah aq (tapi beberapa hari kemudian mereka Tes PCR dan positif).
Ruang operasi : pertama kali masuk ruang
operasi. perhiasan disuruh dilepas dan baju diganti dengan baju operasi (lebih
kayak kain penutup dengan pita-pita yang kita ikat di kanan kiri), pakai masker
kn95 dr RS, karena aq gak ada sediakan, gak ada jg diinfo dr rumah sakit. takut
banget rasanya. tensi udh 190. Dokter anestesinya baik ramah, katanya kalaupun
tensi tinggi nanti biasanya turun setelah anestesi. Diawali dengan suntik
anestesi, agak grogi karena kan katanya suntiknya sakit, tp rupanya enggak, jarumnya
pun rasanya cm tipis, habis itu alat tensi tetap standby di tangan dan tangan
diikat di kanan dan kiri.
Gak lama setelah suntik langsung terasa kebas
area perut ke bawah. Mulailah dibelek dan badan terasa digoyang-goyang. Aq cm
bisa berdoa aja dalam hati. Gak lama udh terdengar tangisan si boru cantik,
diangkat dan dibersihkan di kotak bayinya. Aq lanjut dijahit. Gak ada yang aq
rasakan (iyalah mati rasa namanya jg dibius). Si bayi di PCR, tp hasilnya lama
karena pake biaya Kemenkes (tgl 17 baru keluar hasilnya negatif).
Sekitar 1 jam mungkin ya sampai selesai semua
dan aq dikembalikan ke ruang rawat Covid. Terpisah dengan boru sayang. Senang
dan sedih. Senang bayiku sudah lahir ke dunia dengan selamat, aq pun menjalani
operasi relatif lancar. Sedih karena blm bertemu bayiku dan masih galau dengan
kondisi Covidku yang masih terasa berat dan sendiri menjalani ini dan yang
terberat sebenarnya tidak ada orang yang membantu merawat.
Darah nifas mulai mengalir membanjiri kasur
rawat inap, selang ketater dipasang untuk menampung kencing.
Saat itu di Indonesia Covid sedang masuk
gelombang 2 yang tinggi2 nya (Varian Delta). Pasien Covid di RS penuh, tenaga
kesehatan yang khusus merawat pasien Covid pun jumlahnya sedikit sekali
sepertinya, karena setiap yang datang yang itu-itu saja (taunya dari suara saja
karena kan mereka berbaju APD lengkap).
Kondisiku batuk terus menerus dan ketika
terlambat pemberian obat covid dan obat penghilang sakit operasi, sakitnya luar
biasa menusuk perut, belum lagi demam malam ketika obat demam juga terlambat.
Pertama kali bangun dan jalan pun kulakukan
sendiri. Ke kamar mandi pun sendiri menahankan sakit yang luar biasa. Entah
hari operasi atau besoknya aq mulai ke kamar mandi sendiri, lepas ketater.
Kemudian besoknya lg mandi. Urusan makan di awal-awal belum bisa duduk jadi
makan sambil tidur (kasur di RS itu bukan yang otomatis tinggal pencet langsung
bergerak otomatis posisi duduk, masih manual), menjangkau air minum pun sulit
karena badan masih sakit sekali digerakan.
Saat itu, banyak sekali memang perhatian yang
aq dapat, mulai dari telepon, wa, video call, kiriman parsel, makanan. Saking
seringnya infus aq bolak balik lepas. Haha.
Sempat terfikir di benakku apa aku akan
sembuh, sakit sekali Tuhan kenapa aku harus mengalami ini. Apakah aku akhirnya
akan bisa melihat boruku dari dekat. Selama dirawat hanya melihat foto dan
videonya dari suster-suster di Perina.
Puji Tuhan
seminggu setelah melahirkan sudah diperbolehkan pulang meskipun terasa masih
bengek tapi lama di Rumah Sakit juga membuat aq stress. Selama dirawat ada
tetangga sebelahku yg kebetulan juga ahli gizi di RS itu, dan dia juga masih sambil
kerja, dia lah yang sering bantuin jg aq yg udah kyk orang lumpuh, haha.
Hari itu tanggal
17 Agustus 2021 hari kepulangan dari Rumah Sakit, aq ingat sekali paginya masih
lihat upacara bendera di TV menunggu dijemput suamiku. Tapi boruku terpaksa ditinggal
di Rumah Sakit (biarpun hasil PCR si boru negatif, tapi kami semua positif dan belum
tau siapa yang akan mengurus, kalau di Perina ada suster yang akan mengurus),
tp puji Tuhan bou Vincen (adik papa) bisa menjaga si boru, jadi 3 hari kemudian
kami jemput si boru. Si boru tidur dan diurus di kamar bersama bou aq. Aq pun
akhirnya gak melanjutkan minum obat demi bisa pumping dan kasih ASI perah ke boru.
Lupa persisnya berapa hari sampai aq akhirnya bisa memeluknya dan nenenin
secara langsung (meskipun belum sehat, tapi dengan Prokes yg ketat, ganti baju,
cuci tangan, muka, masker dobel). Puji Tuhan adik pintar nenen meskipun awalnya putingku lecet juga. haha.
Pendeta
gereja kami dan Sintua pun Video Call dan mendoakan kami, inang Hizkia sering
mengirim makanan untuk kami, mertuaku juga banyak mendoakan kami, mengirim susu
kambing dan makanan. Teman-teman yang selama di RS dan di Rumah mengirim
makanan dan bingkisan ada Grup Omprengan (Pamela, Rica, Riris, Kak Voni, Pak
Mitsu), Yola, Kak Evi, Uli, Grup Divisi yang datang ke rumah satelah saya sehat
untuk menghibur dan memberikan kado kelahiran anakku. Eda kembar yang sibuk
memesankan obat Cina dan menanyakan kabar, Amangbao kembar juga beberapa kali
bolak-balik ke rumah, Eda&amangbao ida yang selalu kesana kemari. Orang tua,
mertua dan keluargaku yang selalu menelfon dan menanyakan kabarku. Teman-teman yang
tidak lupa selalu menanyakan kondisi aq terutama Pamela dan Lamhot. Sungguh
bersyukur masih banyak tangan-tangan yang menolong kami di saat kami sangat
kesulitan dan saat aq sungguh merasa sangat kesepian di dunia ini (mohon maaf kalau
ada yang terlupa, hehe), Tuhanlah yang membalas kebaikan kalian.
Pemulihan Covid
ini saya rasakan cukup lama sampai PCR saya negative, sebulan lebih, tapi Puji
Tuhan akhirnya berlalu juga dan kami bisa berkumpul Bersama lagi.
---
Saat ini, tahun
2023, Virus Covid mungkin masih tetap ada, tapi masa pandemi sudah lewat,
semoga Tubuh kita semakin kuat dan jiwa kita semakin percaya dan beriman kepada
Tuhan, bahwa tidak ada yang mustahil dan segala hal yang terasa berat pada
akhirnya akan berlalu. Amin.
![]() |
Si centil...💕 |
Adik bayi
sekarang sudah 2 tahun lebih, tumbuh sehat, pintar dan cantik. Puji Tuhan.
Komentar
Posting Komentar